Memiliki keturunan merupakan salah satu hal yang didambakan oleh setiap pasangan yang sudah menikah. Akan tetapi tak semua pasangan menikah beruntung langsung diberikan keturunan. Karena itu, beberapa orang mencoba jalan medis seperti program hamil hingga bayi tabung.
Untuk beberapa kasus infertilitas sulit, teknologi bayi tabung (in-vitro fertilization/ IVF) dikenal sebagai salah satu upaya program kehamilan yang membantu pasangan mendapatkan keturunan. Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) lewat kampanye ‘Harapan Dua Garis’ mengajak pasutri yang masih berharap momongan untuk tetap optimis.
“Para pasangan pasti punya harapan untuk mewujudkan impian mereka menjadi orang tua. Salah satunya lewat akses perawatan IVF (bayi tabung) yang telah merencanakan kehamilan namun memiliki kendala gangguan kesuburan (infertilitas),” kata Chief Commercial Officer Malaysia Healthcare Travel Council, Nik Yazmin Nik Azman, kepada wartawan, Kamis (16/1).
Sunfert International Fertility Centre dr. Eeson Shintamoney menjelaskan, faktor keberhasilan atau kegagalan IVF bayi tabung tentu ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah jumlah serta kualitas embrio.
“Kami tim medis harus memilih embrio yang kualitasnya baik. Misalnya pun ada 6 embrio di depan kami semua nampak sama. Tetap ada yang enggak bagus atau kurang bagus. Kalau dimasukkan 2, 3, 4 embrio jika ingin lebih cepat juga boleh,” jelasnya.
Lalu mengapa program bayi tabung bisa gagal? Sebab peluang embrio berhasil adalah sepertiga. Sehingga dokter harus mencari embrio yang terbaik.
“Kalau orang itu bernasib baik kami masukkan 3 embrio langsung hamil. Bisa saja yang pertama gagal, pertemuan kedua baru berhasil,” jelasnya.
Nah justru keberhasilan ganda bisa saja terjadi. Misalnya anak yang dikandung akhirnya kembar.
“Kenapa kandungan kembar? Karena kami masukan 2 embrio. Kami masukkan dengan lebih cepat. Ternyata langsung jadi dua-duanya. Ternyata dapat kembar. Zaman dulu kita mau cepat lagi, dulu kami masukkan 3 embrio. Harapannya terjadi 1 kehamilan, eh malah kembar 3 jadinya,” kata dr. Eeson.
Faktor yang Mempersulit :
1. Usia
Pada perempuan usia 40-45 tahun disarankan untuk lebih bersabar jika tetap ingin mengikuti bayi tabung. Sebab hal itu ditentukan oleh jumlah sel telur dan kualitasnya.
“Wanita 42 tahun nikah telat tapi tetap mau coba bayi tabung. Boleh atau enggak? Pasti boleh. Tapi kami tim dokter harus kasih tahu dia, jumlah telur pasti kurang. Bilangan telur pasti kurang. Kualitas telur pasti kurang. Masih boleh, tapi mungkin usaha mesti lebih. Hamil pertama itulah agak susah,” jelasnya.
Dan jarang sekali ada pasangan usia 20 tahunan yang mengikuti program bayi tabung. Maka usia ideal yang masih memungkinkan adalah ketika usia masih di bawah 35 tahun.
2. Faktor Pria
Bisa saja masalah justru terjadi pada pria. Misalnya fungsi testisnya kurang optimal. Salah satunya bisa dilakukan pembedahan sperma. Lalu bisa saja masalah gaya hidup seperti rokok dan alkohol.
“Namun kadang-kadang gaya hidup itu tidak berkaitan langsung,” katanya.
Tips Sebelum Ikut Program Bayi Tabung
1. Suami harus mengecek kualitas sperma
2. Istri harus mengecek rahimnya dengan ultrasound untuk mendeteksi apakah ada kista, myom, dan berapa jumlah sel telurnya.
3. Tes darah
Fungsinya melihat gambaran sebenarnya apakah sel telur cukup atau tidak.(
Source: Kaltengpos.co